Agustus 24, 2008

“... dan Alloh SWT selalu beri aku kesempatan untuk melalui itu semua ...”

Hampir selesai sudah perjalanan yang aku lalui selama 3,5 bulan….

Bahagia campur sedih jadi satu melebur dalam hati...

Perjalanan yang sama sekali ga pernah aku sangka-sangka, berhasil ku lalui bersama rekan-rekan yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Mulai dari tes yang aku lalui begitu “berat”nya, karena sainganku yang bukan “orang-orang biasa”, alias senior-senior yang notabene sudah membukakan matanya terlebih dahulu daripada aku. Well, tapi aku mampu... Sampai akhirnya aku disini...

Hari pertamaku, tiba di apartment yang asing buatku di kota megapolitan yang begitu terang benderang meski malam telah menampakkan kegelapannya. Hmmm... Waktunya makan... Satu demi satu kupandangi orang-orang di sekitarku, berharap ada orang yang kukenal (baca: teman), tapi ternyata tidak ada. Sampai akhirnya 4 orang menghampiriku, dan menanyakan: kunci ????? (hahaha... ternyata mereka ga bisa masuk karena kunci kamar ku pegang...).

Bangun pagi, berangkatlah kami ke “kawah candradimuka”, tempat dimana kami akan digembleng selama 3,5 bulan lamanya. Pulang pergi kami diantar jemput dengan menggunakan bus yang disediakan pihak penyelenggara. Sampai di tempat, dibagilah kami menjadi 2 kelas yang masing-masing berisi 30 orang, karena 1 angkatan kami hanya berisikan 60 orang, berbeda dengan angkatan-angkatan sebelumnya yang berisikan rata-rata 150 orang.

Well, Kelas A, itulah tempatku... Bersama rekan-rekan dari seluruh Indonesia... Meski rata-rata dari pulau Jawa, tapi ada beberapa dari mereka yang berasal dari luar pulau Jawa. Tapi itu tidak menjadikan kami untuk melangkah sendiri-sendiri, apalagi kami dikumpulkan di sebuah apartment yang “memaksa” kami untuk bersatu.

Awalnya terasa sungkan, tapi lama-lama gunung es itu mencair... Perkenalan, obrolan, hingga akhirnya kami mengenal satu sama lain. Dan ternyata, yang kusadari bahwa dari 60 orang, akulah yang termuda.. Bahkan ada rekan yang anaknya sudah SMU, aku jadi merasa seperti sekelas dengan orang yang bisa aku anggap sebagai “ayahku”, heheheee....

Hari-hari demi hari kami lalui bersama... Suka duka, sedih senang, haru dan bahagia semuanya kami lalui... Sakit pun ku lalui, begitupun dengan rekan-rekan lain... Bayangin, selama 3 bulan, aku telah mengalami 2 kali flu berat, padahal selama 1 tahun kemarin, aku sama sekali belum pernah me-rimburse jatah pengobatan ku dari kantor. Satu kali pernah, itu pun hanya membersihkan plak gigi, maklum smoker...

Keluarga besar... Yup, aku merasakan suatu ikatan keluarga besar (atau mungkin kecil?). Setidaknya aku punya Bunda, Mami, Emak, Teteh, Tante, Mba, Ayu, Uni, Kakak, Ayah, Om, Paklik, PakDe, komplit deh..!! Tapi, aku ga punya adik, karena aku termuda, jadi tersebutlah aku dengan panggilan ABON’z (alias ANAK BONTOT’z), wuahahaa....

Pembelajaran yang bisa aku ambil, bahwa di lingkungan inilah waktunya aku harus mendewasakan diriku. Bagiku, proses pendewasaan tidak akan pernah berhenti, akan terus berjalan sampai berapapun umurku. Karena kedewasaan buatku itu bukan masalah umur yang selangit, tapi lebih kepada how we face and solve a problem. Orang boleh terlihat bijak, berwibawa, dan “tampak dewasa” dari fisiknya, tapi ternyata setelah dihadapkan kepada masalah banyak di antara mereka yang lebih mengandalkan emosi daripada logis. Walau tak bisa dipungkiri bahwa dunia kita masih menilai orang dari fisik dan sikapnya saja. Dan jangan salah, beberapa orang yang terlihat childish ternyata mereka lebih dewasa dalam pemikiran dan lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Pengalaman, ya, karena mereka berbekal pengalaman. Pengalaman yang bisa menjadikan mereka lebih “dewasa” dan bijak dalam menghadapi masalah (atau mungkin hidup?). Dan beruntung bagiku, dengan umurku yang baru seusia jagung (baca: brondong?), Alloh SWT selalu beri aku kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang usianya jauh di atasku, Alloh SWT selalu beri aku “ujian-ujian” dalam hidup yang harus kujalani, dan Alloh SWT selalu beri aku kesempatan untuk melalui itu semua...

Kembali, beruntung aku punya Bunda, Mami, Emak, Teteh, Tante, Mba, Ayu, Uni, Kakak, Ayah, Om, Paklik, PakDe yang selalu mengajariku untuk terus tumbuh, maju, dan berkembang... Bahkan diantara mereka semua, aku punya Mba (bunda dari seorang anaknya tercinta, dan istri dari suami yang mencintainya) yang selalu mendorong aku untuk selalu maju, yang selalu mendorong aku untuk selalu menghadirkan kebahagiaan dan kebanggaan bagi keluarga, calon istri, dan semua orang-orang yang dekat di hatiku....

Well, begitulah... Semua kujalani penuh dengan semangat, bahagia, dan syukur... Tanpa kesempatan dari Alloh SWT, aku rasa aku ga akan bisa merasakan (yang aku anggap) satu kenikmatan (lagi) di dalam hidup ini.. Karena disinilah aku bisa belajar, belajar, dan belajar.... Terus belajar tidak hanya materi yang diberikan, tapi belajar untuk mengembangkan diri, ability, dan semuanya...

Sedih.... Karena sebentar lagi semuanya akan berakhir.... Tapi, sebentar lagi (juga), Alloh SWT juga (kembali) akan memberikan aku kesempatan untuk terus tumbuh. Apalagi, yang akan kuhadapi nanti (akan) terasa berat.... Karena aku akan menjadi (Insya Alloh) seorang Leader, bagi keluarga baruku, bagi rekan-rekan timku, dan pastinya bagi diriku sendiri. Dan aku rasa tidak ada keraguan bagiku untuk mengucap syukur dan memberikan pujian kepada-Nya untuk semua yang telah Beliau berikan kepada ku.... Dan lagi, sudah sepantasnya aku untuk mengatakan SIAP....!!!!!

and this is where I leave my footprint

Sukses, apakah diri ku akan menjadi orang yang sukses? Banyak orang berkata kepada ku demikian. Kenapa?? Apakah memang mereka melihat bakatku, ataukah mereka terawang ke masa depan, ataukah mereka hanya menyemangati yang nota bene bisa dilakukan kepada setiap orang, alias there’s nothing special.

Kalau memang aku banyak berjanji di depan mereka, karena memang aku ingin mengabulkan apa yang sudah aku cita-citakan. Di luaran sana banyak orang-orang yang “lebih” dari aku, dan bahwa ternyata di luaran sana juga banyak yang “mampu”. Aku? Siapa aku? Kadang aku merasa bahwa aku bukanlah siapa-siapa di mata mereka. Toh aku tidak pernah merasa hebat di depan mereka. Bagi mereka mungkin aku hanya anak ingusan manja yang hanya mencari keriangan dan keceriaan, dan harus dikasihani. Dan sering aku merasa bahwa mereka selalu saja memandangku sebelah mata. pfffhhh... Tapi benarkah seperti itu?

Aku, terkadang aku sendiri sedih dengan diriku. Apakah aku, siapakah aku, dan bagaimanakah aku? Rasanya aku tidak punya apa-apa untuk mereka, dan mungkin aku hanya “punya” untuk diriku sendiri dan orang-orang terdekat saja. Malah, terkadang aku sendiri meragukan diriku.

Sedih… Cemburu… Iri… Kepengen… Semuanya terasa terbakar.. Well, aku rasa aku harus berubah, dan aku harus menjadi seseorang yang bukan diriku. Aku pengen bahwa bila orang mengatakan sesuatu tentang aku kepadaku bahwa itu adalah memang benar adanya hanya untuk aku. Aku tidak kepengen orang-orang semata-mata hanya menghembuskan kata-kata hiburan saja, hampa tanpa arti.

Hei, this is where I stand, and this is where I leave my footprint.Let see, aku akan berubah. Maaf, aku bukan anak ingusan, dan aku juga bisa seperti mereka yang selalu dibanggakan. Dan maaf kalo perubahan itu terasa tidak nyaman bagi orang-orang yang sudah mengenal sosok seorang “aku”.

Dan maaf kalo selama ini aku hanya berlindung di balik topeng ku, makanya hatiku mengatakan bahwa Anda salah telah memandangku sebelah mata.


Wrote:
Saturday, August 23, 2008
00:31 AM

Super Mario Bros 3 flash game

Mario Starcatcher 2